Rabu, 03 April 2013

makalah teori akuntansi tentang prinsip prinsip akuntansi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi merupakan suatu ilmu yang di dalamnya berisi bagaimana manusia berfikir sehingga menghasilkan suatu kerangka pemikiran konseptual tentang prinsip, standar, asumsi, teknik, serta prosedur yang ada dijadikan landasan dalam pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan tersebut harus berisi informasi-informasi yang berguna dalam memantu pengambilan keputusan bagi para pemakainya.
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari, sesungguhnya kita telah menggunakan jasa akuntansi. Ketika seorang pemilik warung mencatat pembelian barag dagangannya, mencatat siapa saja yang berhutang da warungnya, memisahkan kotak antara uang yang masuk dari hasil penjualan dengan kotak uang yang dialokasikan untuk belanja kebutuhan barang dagangan dan kebutuhan operasional di warungnya. Maka, pada dasarnya pemilik warung tadi telah menerpkan teknik akuntansi. Penerapan pengetahuan di bidang akuntansi tentu semakin luas dan kompleks jika dihadapkan pada bisnis dengan skala yang lebih besar.
Seperti ilmu-ilmu lainya, ilmu akuntansi juga berkembang sesuai perkembangan teknologi dan peradaban manusia. Selain itu, faktor kebutuhan juga ikut serta dalam perkembangan akuntansi itu sendiri. Akan tetapi, baik akuntansi maupun ilmu-ilmu lain tidak berkembang dengan sendirinya tanpa adanya hal yang cukup berarti yang dapat mendorong akuntansi tersebut berkembang dan bertahan hingga sekarang.
Pada pembahasan kali ini kelompok 4 akan membahas mengenai prinsip-prinsip akuntansi dan kebenaran dalam akuntansi. Jadi makalah ini kami beri judul “ prinsip-prinsip akuntansi dan kebenaran dalam akuntansi “.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, penulis dapat mengangkat permasalahan dalam makalah ini yaitu :
1.2.1)         Apakah prinsip-prinsip akuntasi ?
1.2.2)         Bagaimana kebenaran dalam akuntansi itu ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merasa perlu mencantumkan tujuan dalam penulisannya agar penulisan makalah ini lebih terarah pada sasaran yang akan dicapai. Tujuan penulisan tersebut yakni untuk mendapatkan gambaran yang pasti tentang prinsip-prinsip akuntansi dan kebenaran dalam akuntansi.
1.4 Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat yang penulis harapkan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1.      Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang seluk beluk ilmu akuntansi.
2.      Meningkatkan rasa disiplin dan tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan yang dibebankan orang lain kepada penulis.
3.      Sebagai bahan bacaan dan acuan bagi diri sendiri, rekan-rekan, serta generasi yang akan datang.















BAB II
PEMBAHASAN
2.1.  PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
2.1.1. Prinsip biaya
Menurut prinsip biaya (cosf principle), biaya perolehan/akuisisi (acquisition cost) atau biaya historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas. Dengan kata lain, suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal akuisisi dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah amortisasi. Oleh karena itu, APB Statement No. 4 mendefinisikan biaya sebagai berikut:
Biaya (cosf) adalah jumlah, yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluarkan atau property lain yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau kewajiban yang terjadi, dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah atau akan diterima. Biaya (dan atau aktiva) yang belum habis masa berlakunya adalah biaya (dan atau aktiva) yang berkaitan dengan produksi pendapatan di masa depan. ... Biaya yang sudah habis masa berlakunya tidak berkaitan dengan produksi pendapatan di masa depan, dan oleh karena itu diperlakukan sebagai pengurang dari pendapatan sekarang atau dibebankan terhadap laba ditahan.
Biaya mencerminkan harga pertukaran dari, atau pengorbanan moneter yang diberikan untuk akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan tersebut melibatkan aktiva nonmoneter, maka harga pertukaran adalah ekuivalen kas dari aktiva atau jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat diterapkan terhadap pengukuran transaksi kewajiban dan modal.
Prinsip biaya dapat dibenarkan dalam hal objektivitasnya maupun Pertama dalil kelangsungan usaha. biaya akuisisi adalah informasi yang objektif dan dapat diverifikasi. Kedua, dalil kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa entitas tersebut akan melanjutkan aktivitasnya dalam jangka waktu yang tidak terbatas  sehingga meniadakan kebutuhan untuk menggunakan nilai sekarang atau nilai likuidasi guna penilaian aktiva.
validitas yang kurang kuat dari dalil unit pengukuran, yang mengasumsikan bahwa daya beli dari dolar adalah stabil, merupakan keterbatasan utama terhadap penerapan prinsip biaya. Penilaian biaya historis dapat menghasilkan angka yang salah jika perubahan dalam nilai aktiva seiring dengan berjalannya waktu diabaikan. Secara serupa, ,nilai aktiva yang dibeli pada waktu yang berbeda dalam suatu periode di mana daya beli dolar berubah tidak dapat digabungkan bersama-sama di neraca dan memberikan hasil yang berarti.
2.1.2.   Prinsip pendapatan
Prinsip pendapatan (revenue principle) menspesifikasi:
1.      hakikat dari komponen-komponen pendapatan;
2.      pengukuran pendapatan; dan
3.      penentuan waktu dari pengakuan pendapatan,
          Setiap fakta dari prinsip pendapatan menimburkan masalah yang menarik dan controversial dalam teori akuntansi.
Hakikat dan komponen-komponen pendapatan
Pendapatan telah diinterpretasikan sebagai:
1.      arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa;
2.      arus keluar barang atau jasa dari perusahaan ke pelanggannya; dan
3.      produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha selama periode waktu tertentu.
Hendriksen mempertimbangkan bahwa:
1.      konsep produk lebih superior dibandingkan dengan konsep arus keluar, yang lebih superior dibandingkan dengan konsep arus masuk; dan
2.      konsep produk adalah netral dalam hal pengukuran (jumlah) dan penentuan waktu (tanggal pengakuan) dari pendapatan, tetapi konsep arus masuk membingungkan baik pengukuran maupun penentuan waktu dengan proses pendapatan.
Interpretasi yang berbeda dari hakikat pendapatan semakin diperburuk oleh pandangan-pandangan yang berbeda mengenai apa yang sebaiknya dimasukkan dalam pendapatan. Pada dasarnya, ada dua pandangan mengenai komponen-komponen pendapatan. Pandangan luas atau komprehensif dari pendapatan memasukkan semua penghasilan dari aktivitas bisnis dan investasi. Pandangan ini mengidentifikasikan semua perubahan dalam aktiva bersih yang berasal dari aktivitas penghasil pendapatan dan keuntungan atau kerugian lainnya yang berasal dari penjualan aktiva tetap dan investasi sebagai pendapatan. Menerapkan pandangan ini, Accounting Terminology Bulletin No.2 mendefinisikan pendapatan (revenue) sebagai berikut:
Pendapatan berasal dari penjualan barang dan penyerahan jasa serta diukur dengan pembebanan yang dikenakan kepada pelanggan, klien, atau penyewa untuk barang dan jasa yang. disediakan bagi mereka. Pendapatan juga mencakup keuntungan dari penjualan atau pertukaran aktiva (selain saham yang diperdagangkan), bunga, dan dividen yang diperoleh dari investasi, dan peningkatan lainnya dalam ekuitas pemilik kecuali yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal
Pandangan yang lebih sempit dari pendapatan hanya memasukkan hasil dari aktivitas penghasil pendapatan dan mengeluarkan laba investasi serta keuntungan dan kerugian dari penjualan aktiva tetap. Pandangan ini mengharuskan pemisahan yang jelas, dibuat antara pendapatan dengan keuntungan dan kerugian. Dengan mengadopsi pandangan yang lebih sempit dari pendapatan, American Accounting Association pada pernyataan tahun 1957 mendefinisikan laba bersih (net income) sebagai:
“kelebihan dari kekurangan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang telah habis masa berlakunya serta keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dari penjualan, pertukaran, atau konversi lainnya dari aktiva”.
Pengukuran pendapatan
Pendapatan diukur dalam hal nilai dari produk atau jasa yang dipertukarkan dalam transaksi "wajar" (arm’s length). Nilai ini mewakili ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas uang yang diterima atau akan diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada pelanggannya. Dua interpretasi utama yang timbul dari konsep pendapatan ini:
1.      Diskon kas dan pengurangan apa pun dalam harga tetap, seperti kerugian dari piutang tak tertagih, adalah penyesuaian yang diperlukan untuk menghitung ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas klaim uang yang sebenarnya dan sebagai konsekuensinya, harus dikurangi ketika menghitung pendapatan. (Interpretasi ini berlawanan dengan pandangan bahwa diskon kas dan kerugian dari piutang tak tertagih sebaiknya dianggap sebagai beban.)
2.      Untuk transaksi nonkas, nilai pertukaran ditetapkan setara dengan nilai pasar wajar dari pengorbanan yang diberikan atau diterima, mana yang lebih mudah dan lebih jelas untuk dihitung.
Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan
Pada umumnya diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh sepanjang seluruh tahapan dari siklus operasi (yaitu, selama penerimaan pesanan, produksi, penjualan, dan penagihan).dengan adanya kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan dan laba ke tahapan yang berbeda dari siklus operasi, akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memililih "kejadian penting" (critical evenf) dalam siklus tersebut untuk penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba. Kejadian penting tersebut dipilih untuk mengindikasikan kapan perubahan tertentu dalam aktiva dan kewajiban dapat dipertanggungjawabkan secara memadai.  Definisi awal dari prinsip realisasi (rearization) adalah:
Arti penting dari realisasi adalah bawah suatu perubahan dalam aktiva atau kewajiban telah menjadi cukup pasti dan objektif untuk membenarkan pengakuan dalam akun-akun. Pengakuan ini dapat tergantung pada transaksi pertukaran antara pihak-pihak yang independen, atau pada praktik perdagangan yang sudah mapan, atau pada persyaratan dari suatu kinerja kontrak yang dianggap kelihatan cukup pasti.
Hakikat yang luas dari pernyataan ini telah menyebabkan akuntan mencari aturan-aturan atau pertimbangan-pertimbangan spesifik yang diperlukan untuk pengakuan atas perubahan aktiva dan kewajiban tertentu Tentu saja, prinsip realisasi dan kriteria terkait untuk pengakuan perubahan dan aktiva kewajiban memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Sebagaimana dilaporkan oleh American Accounting Association committee tahun 1973- 1974 mengenai concepts and standards External Reporting,kriteria spesifik untuk pengakuan pendapatan dan laba adalah;
1.      diperoleh, dalam satu pengertian atau yang lain;
2.      dalam bentuk yang dapat didistribusikan;
3.      hasil dari konversi yang ditetapkan dalam transaksi antara perusahaan dengan pihak eksternal;
4.      hasil dari penjualan secara legal atau dari proses yang serupa;
5.      terpisah dari modal;
6.      dalam bentuk aktiva yang likuid;
7.      baik dampak kotor maupun bersihnya atas ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasikan dengan tingkat keandalan yang tinggi.

2.1.3. Prinsip Pengaitan
Prinsip pengaitan (matching principle) menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan pendapatan terkait; yaitu, pendapatan diakui dalam suatu periode tertentu menurut prinsip pendapatan, dan beban terkait kemudian diakui. Asosiasi ini paling baik dilakukan ketika hal tersebut mencerminkan hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. Secara operasional, proses asosiasi terdiri atas proses dua tahap untuk akuntansi beban. Pertama, biaya dikapitalisasi sebagai aktiva yang mencerminkan gabungan potensi atau manfaat jasa. Kedua, setiap aktiva dihapus sebagai beban untuk mengakui proporsi dari aktiva potensi jasa yang telah habis masa berlakunya dalam menghasilkan pendapatan selama periode ini. Dengan demikian, akuntansi akrual dan bukannya akuntansi kas yang diimplikasikan oleh prinsip pengaitan dalam hal kapitalisasi dan alokasi.
Asosiasi antara pendapatan dengan beban tergantung pada salah satu dari empat kriteria berikut ini:
1.      Pengaitan langsung dari biaya yang habis masa berlakunya dengan suatu pendapatan (misalnya, harga pokok penjualan dikaitkan dengan penjualan terkait).
2.      Pengaitan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya pada periode tersebut (misalnya, gaji pimpinan perusahaan untuk periode tersebut).
3.      Alokasi biaya sepanjang periode yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut (misalnya, depresiasi).
4.      Membebankan semua biaya lainnya dalam periode terjadinya, kecuali dapat ditunjukkan bahwa biaya-biaya tersebut memiliki manfaat masa depan (misalnya, beban iklan).
Biaya yang belum habis masa berlakunya (yaitu, aktiva) yang tidak memenuhi salah satu dari keempat kriteria untuk membebankan ke periode berjalan dapat dibebankan ke periode masa depan dan dapat diklasifikasikan dalam kategori yang berbeda sesuai dengan penggunaannya yang berbeda dalam perusahaan. Penggunaan yang beraneka ragam seperti itu dapat menjustifikasi perbedaan dalam penerapan prinsip pengaitan.
Sekarang akan dibahas mengenai kategori aktiva dan biaya utama serta aturan terkait untuk penentuan waktu dari beban.
Biaya produksi barang Jadi untuk dijual
Biaya produksi barang jadi untuk dijual umumnya meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Proses dua tahap digunakan untuk mempertanggungjawabkan biaya-biaya ini:
1.      penilaian persediaan, atau penentuan biaya produk yang melekat ke produk tersebut; dan
2.      penentuan laba, atau pengaitan biaya produk dengan pendapatan.
Ketika menentukan jumlah penilaian persediaan, masalahnya adalah menentukan biaya manakah yang merupakan biaya produk (karena biaya tersebut memberikan manfaat ke masa depan dan sebaiknya dikapitalisasi sebagai persediaan) dan biaya manakah yang merupakan biaya periode tersebut (karena biaya tersebut hanya memberikan manfaat bagi periode berjalan saja.dan sebaiknya dibebankan terhadap laba periode berjalan). Metode perhitungan biaya penyerapan (atau penuh) dan metode perhitungan biaya langsung menghasilkan jawaban yang berbeda.
Metode perhitungan biaya (penuh) (absorption (full) costing) memperlakukan semua biaya produksi sebagai biaya produk yang melekat ke produk tersebut, dibawa ke depan, dan dilepaskan sebagai biaya periode berjalan pada saat penjualan. Metode perhitungan biaya langsung (direct costing) hanya memperlakukan biaya produksi variabel sebagai biaya produk dan seluruh biaya overhead manufaktur tetap sebagai biaya periode berjalan. Pilihan antara kedua metode tersebut telah menimbulkan kontroversi besar dalam literatur akuntansi selama bertahun-tahun. Tidak ada satu metode Pun yang muncul sebagai pemenang utama. Namun, pada umumnya diakui bahwa perhitungan biaya langsung adalah lebih relevan bagi pengambilan keputusan internal. Pelaporan terpisah antara biaya tetap dengan biaya variabel diasumsikan memfasilitasi analisis laba inkremental dan menghilangkan dampak perubahan persediaan dari laba.
Aktiva operasi dapat didepresiatsikan
Akitiva operasi dapat didepresiasikan (depreciable operating asset) juga sering disebut sebagai aktiva modal yang terpakai (wasting capital asset). Karena aktiva operasi dapat didepresiasikan diasumsikan akan memberikan manfaat ke lebih dari satu periode, aktiva tersebut dikapitalisasi pada biaya akuisisinya, yang kemudian dialokasikan menggunakan dasar logis selama umur manfaat aktiva tersebut. Proses alokasi ini dikenal sebagai depresiasi untuk aktiva berwujud seperti bangunan, perlengkapan, peralatan, dan furnitur, sebagai deptesi untuk aktiva yang diwakili oleh sumber daya alam (seperti deposit mineral dan lahan hutan), serta sebagai amortisasi untuk aktiva tidak berwujud seperti hak atau manfaatkhusus (misalnya paten, hak cipta, hak waralaba, merek dagang, goodwill, beban ditangguhkan, biaya penelitian dan pengembangan, biaya organisasional, dan biaya sewa guna usaha). Akuntansi depresiasi (depreciation accounting) didefinisikan sebagai berikut:
Akuntansi depresiasi adalah sistem akuntansi yang bertujuan untuk mendistribusikan biaya atau nilai dasar lainnya dari aktiva modal berwujud (jika ada), selama estimasi masa manfaat dari unit tersebut (yang dapat berupa sekelompok aktiva) dengan cara yang sistematis dan rasional. Hal itu adalah proses alokasi, bukan proses penilaian. Depresiasi untuk tahun berjalan adalah bagian dari total beban dalam sistem semacam itu yang dialokasikan selama tahun tersebut. Meskipun alokasi itu mungkin saja mempertimbangkan kejadian-kejadian yang terjadi selama tahun tersebut dengan memadai, alokasi itu tidak dimaksudkan sebagai pengukuran atas dampak dari kejadian-kejadian semacam itu.
Sejumlah metode depresiasi telah dikembangkan, di mana masing-masing didasarkan pada pola beban depresiasi yang berbeda-beda selama umur manfaat dari aktiva berwujud. Metode depresiasi dapat didasarkan pada:
1.      waktu, seperti metode garis lurus;
2.      output seperti metode jam jasa (service-hours method) dan metode unit output (unit-of-output method);
3.      beban depresiasi yang semakin menurun (reducing depreciation charge), seperti metode jumlah angka tahun (sum of years digit), metode persentase tetap atas jumlah dasar depresiasi yang semakin menurun (fixed percentage on decliningbase amount method), metode tarif depresiasi yang semakin menurun atas biaya (decliningrate on cost method), dan metode saldo menurun ganda (double - declining balance method) ;
4.      konsep investasi dan bunga, seperti metode anuitas (annuity method) dan metode cadangan dana untuk pelunasan (sinking fund method) .


Aktiva operasi yang tidak didepresiasikan
Kelompok utama ketiga dari aktiva dan biaya terdiri atas aktiva operasi yang tidak didepresiasikan (nondepreciable operating asset), yang juga disebut sebagai aktiva modal permanen (permanent capital asset), karena diasumsikan bahwa aktiva tersebut tidak dikonsumsi selama operasi dari bisnis tersebut dilaksanakan. Nilainya tidak dipengaruhi oleh aktivitas produktif dan aktiva tersebut tidak memiliki dampak atas penentuan laba sampai dijual atau dinilai kembali. Oleh karena itu, prinsip pengaitan tidak dapat diterapkan terhadap aktiva operasi yang tidak didepresiasikan.
Biaya penjualan dan administrasi
Biaya penjualan dan administrasi (costs of selling and administration) adalah seluruh biaya nonmanufaktur yang diperlukan untuk memelihara organisasi penjualan dan administratif dasar. Biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik pada periode di mana biaya tersebut terjadi, baik dalam metode perhitungan biaya langsung maupun metode perhitungan biaya penyerapan [penuh].
2.1.4. Prinsip Objektivitas
Kegunaan dari informasi keuangan sangat bergantung pada keandalan dari prosedur pengukuran yang digunakan. Karena memastikan keandalan maksimum sering-kali sulit untuk dilakukan, maka akuntan telah menggunakan prinsip objektivitas (objectivity principle) untuk membenarkan pilihan prosedur pengukuran. Tetapi, prinsip objektivitas memiliki interpretasi yang berbeda:
1.      Pengukuran objektif adalah ukuran yang bersifat "tidak memihak," dalam arti bahwa pengukuran tersebut bebas dari bias pribadi si pengukur. "Dengan kata lain, objektivitas mengacu pada realitas eksternal yang independen dari orang yang memandangnya."
2.      Pengukuran objektif adalah pengukuran variabel, dalam hal bahwa pengukuran tersebut didasarkan pada bukti.
3.      Pengukuran objektif adalah hasil dari "kesepakatan di antara sekelompok pengamat atau pengukur tertentu."Pandangan ini juga mengimplikasikan bahwa objektivitas akan tergantung pada sekelompok pengukur tertentu.
4.      Ukuran dari penyebaran distribusi pengukuran dapat digunakan sebagai indikator dari tingkat objektivitas sistem pengukuran tertentu.

2.1.5. Prinsip Konsistensi
Prinsip konsistensi (consistency principle) menganggap bahwa kejadian ekonomi yang serupa sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa prosedur akuntansi yang sama akan diterapkan kepada transaksi yang serupa sepanjang waktu. Penerapan konsep konsistensi membuat laporan keuangan menjadi lebih dapat diperbandingkan dan lebih berguna. Tren dalam data akuntansi dan hubungan dengan faktor-faktor eksternal akan terungkap dengan Iebih akurat ketika digunakan prosedur pengukuran yang dapat diperbandingkan.
Secara serupa, distorsi laba dan jumlah neraca serta manipulasi yang mungkin darilaporan keuangan dihindari dengan penerapan yang konsisten atas prosedur akuntansi sepanjang waktu. Oleh karena itu, konsistensi adalah batasan pengguna untuk memfasilitasi keputusan Pengguna dengan memastikan dapat diperbandingkannya Iaporan keuangan dari suatu perusahaan sepanjang waktu, sehingga meningkatkan kegunaan dari laporan tersebut. Dalam opini standar, akuntan publik mengakui prinsip konsistensi dengan memerhatikan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum yang diterapkan atas dasar "konsisten dengan laporan tahun sebelumnya”.
Prinsip konsistensi tidak menghalangi suatu perusahaan untuk mengubah prosedur akuntansinya ketika hal tersebut dibenarkan oleh situasi yang berubah, atau jika prosedur alternatif lebih baik (aturan preferensi). Sesuai dengan APB Opinion No. 20, perubahan yang  membenarkan perubahan dalam prosedur adalah:
1.      perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi;
2.      perubahan dalam estimasi akuntansi;
3.      perubahan dalam entitas pelaporan.
        Perubahan-perubahan ini akan dicerminkan dalam akun dan dilaporkan dalam laporan keuangan secara retro aktif untuk perubahan dalam entitas akuntansi, secara Prospekfi/untuk perubahan dalam estimasi akuntansi, secara umum dan sekaranguntuk perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi.
2.1.6.   Prinsip Pengungkapan Penuh
Terdapat kesepakatan umum dalam akuntansi bahwa sebaiknya terdapat pengungkapan yang "penuh," "adil” dan "memadai" atas data akuntansi. Pengungkapan penuh (full disclosure) mengharuskan laporan keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat keiadian-kejadian ekonomi yang telah memengaruhi perusahaan selama periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna dan tidak menyesatkan bagi investor kebanyakan. Lebih eksplisit lagi, prinsip pengungkapan penuh mengimplikasikan bahwa tidak ada informasi atas substansi atau kepentingan bagi kebanyakan investor yang akan dihilangkan atau disembunyikan.
Prinsip tersebut diperkuat lebih lanjut lagi oleh berbagai persyaratan pengungkapan yang ditetapkan oleh APB Opinions, FASB Statements, dan SEC Accounting Release dan persyaratan SEC lainnya. Tetapi, pengungkapan penuh adalah konsepsi terbuka yang masih meninggalkan beberapa pertanyaan yang belum terjawab atau terbuka terhadap interpretasi yang berbeda. Pertama, apa yang dimaksud dengan pengungkapan "penuh," "adil," dan "memadai" ? "Memadai" mengandung arti seperangkat informasi minimum yang akan diungkapkan; "adil" mengimplikasikan batasan etis yang mengharuskan perlakuan yang adil terhadap pengguna; dan "penuh' mengacu pada penyajian informasi yang lengkap dan komprehensif. Posisi lainnya yang diterima adalah untuk memandang "keadilan' sebagai tujuan utama dan titik trade-off antara pengungkapan penuh dengan pengungkapan yang memadai. Dengan demikian, dalam judul Fair Presentation in Confomity with Generally Accepted Accounting Principles, APB StatementNo. 4 menyatakan bahwa penyajian yang "adil" dipenuhi ketika:
keseimbangan yang memadai telah dicapai antara kebutuhan yang saling berlawanan untuk mengungkapkan aspek-aspek penting dari posisi keuangan dan hasil operasi sesuai dengan aspek-aspek konvensional dan untuk meringkas banyaknya data yang mendasari ke dalam angka-angka yang terbatas dalam laporan keuangan dan catatan pendukung.
Kedua, apa yang sebaiknya diungkapkan sehingga "investor rata-rata yang hati-hati" tidak akan disesatkan? Apakah sebaiknya data tersebut pada dasarnya berupa informasi akuntansi? Apakah sebaiknya data tersebut memasukkan informasi terbaru dan tambahan-tambahan seperti akuntansi aktiva sumber daya manusia, akuntansi sosioekonomi, akuntansi inflasi' dan pelaporan segmen?
Jawaban terhadap Pertanyaan-Pertanyaan ini tergantung pada penentuan yang sesuai atas pengguna, kebutuhan mereka, tingkat keahlian mereka, dan yang lebih penting lagi' kapabilitas mereka untuk memproses informasi, dengan risiko meluapnya informasi yang disebabkan oleh ekspansi data' Skinner menarik perhatian pada beberapa masalah yang sebaiknya menjadi subjek dari pengungkapan Penuh:
1.      rincian dari kebijakan dan metode akuntansi, terutama ketika penilaian dibutuhkan dalam penerapan metode akuntansi, ketika metode tersebut bersifat khusus bagi entitas pelaporan tersebut, atau ketika metode akuntansi alternative dapat digunakan;
2.      informasi tambahan untuk membantu dalam analisis investasi atau untuk mengindikasikan hak dari berbagai pihak yang memiliki klaim atas entitas pelaporan;
3.      perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau metode penerapannya dan dampak dari Perubahan semacam itu;
4.      aktiva, kewajiban, biaya, dan pendapatan yang dihasilkan dari transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau pejabat yang memiliki hubungan istimewa dengan entitas pelaporan tersebut;
5.      aktiva, kewajiban, dan komitmen kontinjen;
6.      transaksi keuangan atau nonoperasi lainnya dampak material terhadap posisi keuangan laporan akhir tahun.
2.1.7. Prinsip Konservatisme
Prinsip konservatisme (conservatism principle) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas Pemegang saham Secara lebih spesifik prinsip tersebut mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan. oleh karena itu, prinsip konservatisme mengharuskan bahwa akuntan menampilkan sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan. Untuk mencapai tujuan guna memahami laba dan aktiva sekarang, prinsip konservatisme dapat mengarah pada perlakuan yang merupakan penyimpangan terhadap pendekatan yang dapat diterima atau teoretis. Misalnya saja, adopsi konsep "mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar" berlawanan dengan prinsip historis' Meskipun penilaian LIFO dan depresiasi dipercepat umumnya dipandang sebagai tindakan-tindakan yang kontra-inflasi, hal tersebut dapat dipandang sebagai akibat dari adopsi prinsip konservatisme. Dengan demikian Chatfield berpendapat bahwa:
Keduanya [ LIFO dan depresiasi dipercepat] memaksakan tradisi yang lebih tua dari konservatisme neraca, begitu rupa sehingga pembayar pajak masih diperbolehkan untuk menggunakan penilaian persediaan LIFO bersama-sama dengan metode mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar. Keduanya mengutamakan kebutuhan manajemen akan penilaian yang lebih tepat.
Di masa lalu, konservatisme telah digunakan ketika berurusan dengan ketidakpastian dalam lingkungan dan terlalu optimisnya manajer dan pemilik serta juga ketika melindungi kreditor terhadap distribusi yang tidak sah atas aktiva perusahaan sebagai dividen. Konservatisme adalah nilai yang dijunjung tinggi di masa lalu dibandingkan di masa ini. Nilai tersebut telah mengarah pada provisi atau kewajiban atau keduanya yang arbitrer dan tidak konsisten.
Sterling menyebut konservatisme sebagai "prinsip penilaian akuntansi yang paling kuno dan mungkin paling bertahan.” Hari ini, penekanan pada penyajian yang objektif dan adil serta keutamaan investor sebagai pengguna telah mengurangi ketergantungan pada konservatisme. Konservatisme saat ini dipandang lebih sebagai pedoman'untuk diikuti dalam situasi luar biasa, dan bukan sebagai aturan umum untuk diterapkan secara kaku dalam semua situasi. Konservatisme masih digunakan dalam beberapa situasi yang memerlukan penilaian akuntan, seperti memilih estimasi umur manfaat dan nilai sisa dari aktiva untuk akuntansi depresiasi dan konsekuensi aturan dari penerapan konsep “mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar" (lower-of-cost-markef) dalam penilaian persediaan dan efek-efek ekuitas yang dapat dijual. Karena hal tersebut pada dasarnya adalah manifestasi dari intervensi akuntan yang dapat menimbulkan bias, kesalahan, distorsi yang mungkin, dan laporan yang menyesatkan, pandangan saat ini mengenai konservatisme sebagai prinsip akuntansi cenderung untuk menghilang.
2.1.8.   Prinsip Materialitas
Seperti halnya konservatisme, prinsip materialitas (materiality principle) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi, Prinsip tersebut menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara sangat cepat, tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Materialitas berfungsi sebagai pedoman implisit bagi akuntan dalam hal apa yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga memungkinkan akuntan tersebut untuk memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak menjadi masalah berdasarkan biaya pencatatan, akurasi laporan keuangan, dan relevansi bagi pengguna.
Secara umum, otoritas akuntansi telah meninggalkan penerapan materialitas kepada penilaian akuntan, dan pada saat yang sama menekankan pentingnya hal tersebut. Menurut APB Statement No. 4, materialitas mengimplikasikan bahwa "laporan keuangan hanya berkepentingan dengan informasi yang cukup signifikan untuk memengaruhi penilaian atau keputusanl”. APB opinion No. 30 mengandalkan pada konsep materialitas yang belum terdefinisikan untuk menggambarkan pos-pos luar biasa. Secara serupa, APB opinion No. 22 merekomendasikan pengungkapan atas seluruh kebijakan atau prinsip yang secara material memengaruhi posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan dalam posisi keuangan dari entitas tersebut. Pada tahun 1975 FASB mengeluarkan suatu Discussion Memorandum mengenai masalah materialitas dengan menekankan pentingnya prinsip ini.
Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional. Kebanyakan definisi materialitas menekankan pada peranan akuntan dalam menginterpretasikan apa yang material dan apa yang tidak material. Misalnya saja, Frishkoff mendefinisikan materialitas sebagai "pentingnya suatu informasi keuangan bagi seorang pengguna secara relatif dan kuantitatif, dalam konteks keputusan yang akan dibuat”.
Studi tahun 1974 oleh Accountants' International Study Group mengkarakteristikkan materialitas sebagai berikut:
Materialitas pada dasarnya adalah masalah penilaian profesional. Suatu transaksi individual sebaiknya dianggap material jika pengetahuan mengenai transaksi tersebut dapat dianggap memiliki pengaruh terhadap pengguna laporan keuangan.
Pedoman atau kriteria yang akan digunakan dalam menentukan materialitas sangat dibutuhkan. Dua kriteria dasar telah direkomendasikan, Yang pertama, disebut sebagai pendekatan ukuran (size approach), mengaitkan ukuran dari transaksi ke variabel relevan lainnya, seperti laba bersih. Misalnya saja, Bernstein menyarankan zona batasan sebesar l0-15 persen dari laba bersih setelah pajak sebagai titik pembeda antara apa yang material dan apa yang tidak material. Secara serupa, FASB Discussion Memorandum atas materialitas menyarankan kriteria berdasarkan pendekatan ukuran:
jika jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya setara dengan atau melebihi l0 persen dari jumlah laporan keuangan yang bersangkutan, masalah tersebut sebaiknya dianggap material.
jika jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya adalah antara 5 dan 10 persen dari jumlah laporan keuangan yang bersangkutan, materialitas dari masalah tersebut tergantung pada situasi yang mengelilinginya.
Kriteria kedua, disebut sebagai pendekatan kriteria perubahan (change criterion approach), mengevaluasi dampak dari suatu transaksi terhadap tren atau perubahan antarperiode akuntansi. pendekatan ini terutama diusulkan oleh Rappaport, yang berpendapat bahwa kriteria materialitas dapat dinyatakan dalam hal rata-rata, tren, dan rasio keuangan yang menyatakan hubungan analitis signifikan dalam hal informasi akuntansi. Pendekatan kriteria perubahan telah memengaruhi Accountants' International Study Group, sebagaimana dinyatakan oleh kutipan berikut ini dari Materiality in Accounting
Suatu jumlah adalah tidak material semata-mata karena ukurannya; faktor-faktor lain termasuk yang dinyatakan di bawah ini harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan mengenai materialitas: Hakikat dari transaksi tersebut, apakah transaksi itu adalah:
1.      suatu faktor yang masuk dalam penentuan laba bersih;
2.      tidak biasa atau luar biasa;
3.      kontinjen terhadap suatu kejadian atau kondisi;
4.      dapat ditetapkan berdasarkan pada fakta dan situasi sekarang;
5.      diharuskan oleh undang-undang atau peraturan.
 jumlah dari transaksi itu sendiri, dalam hubungannya dengan:
1.      laporan keuangan secara keseluruhan;
2.      total dari akun di mana transaksi tersebut merupakan, atau sebaiknya merupakan, bagiannya;
3.      transaksi-transaksi yang berhubungan;
4.      jumlah terkait pada tahun sebelumnya atau jumlah yang diperkirakan di tahun-tahun mendatang.

2.1.9.   Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas
Prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk transaksi-transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama waktu tertentu; prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahain-perusahaan yang berbeda. Faktanya, suatu perdebatan yang terus-menerus terjadi mengenai apakah fleksibilitas atau keseragaman yang sebaiknya ada dalam akuntansi dan pelaporan keuangan. Dukungan utama untuk keseragaman (unifurmity) adalah klaim bahwa hal itu akan:
1.      mengurangi keragaman penggunaan prosedur akuntansi dan ketidakcukupan praktik-praktik akuntansi;
2.      memungkinkan perbandingan yang berarti atas laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda;
3.      memperbaiki kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan;
4.      mengarah pada intervensi dan peraturan pemerintah mengenai praktik akuntansi.
Dukungan utama untuk fleksibilitas (flexibility) adalah klaim bahwa:
1.      penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk mencerminkan transaksi yang sama yang terjadi dalam banyak kasus memiliki risiko menyembunyikan perbedaan yang penting antar kasus;
2.      komparabilitas adalah suatu cita-cita yang bersifat utopia; "hal tersebut tidak dapat dicapai mengadopsi aturan-aturan tetap yang tidak cukup mempertimbangkan situasi faktual yang berbeda".
3.      "perbedaan dalam situasi" atau "variabel situasi" membutuhkan perlakuan yang berbeda, sehingga pelaporan perusahaan dapat menanggapi situasi di mana transaksi dan kejadian terjadi. Variabel-variabel situasional (circumstantial variables) didefinisikan sebagai:
kondisi-kondisi lingkungan yang bervariasi antarperusahaan dan yang memengaruhi:
a         kelayakan dari metode akuntansi, dan/atau
b        objektlvitas ukuran-ukuran yang dihasilkan dari penerapan metode akuntansi tersebut
Tujuan implisit baik dari keseragaman maupun fleksibilitas adalah untuk melindungi pengguna dan untuk menyajikan data yang berarti kepada pengguna. Kedua prinsip tersebut gagal karena posisi ekstrem mereka terhadap masalah pelaporan keuangan. Fleksibilitas jelas mengarah pada kebingungan dan ketidakpercayaan. Solusi yang seimbang dapat diberikan dengan mendorong keseragaman dengan cara mempersempit keragaman dari praktik akuntansi dan, pada saat yang sama, memungkinkan pengakuan yang memadai atas kejadian pasar dan ekonomi yang khas untuk perusahaan dan industry tertentu dengan asosiasi yang memadai atas situasi-situasi ekonomi tertentu dengan teknik akuntansi terkait, Posisi tengah ini membutuhkan definisi operasional atas "perbedaan dalam situasi" dan pedoman yang lebih baik untuk menghubungkan perbedaan dalam situasi dengan berbagai prosedur.
2.1.10.  Ketepatan Waktu Dari Laba Dan Konservatisme Akuntansi
Ketepatan waktu dari laba akuntansi (timeliness of accounting earnings) telah didefinisikan sebagai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang. Sementara laba ekonomi (economic income) dan laba akuntansi (accounting income) yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan adalah identik, keduanya berbeda dalam jangka pendek. Laba ekonomi segera mengakui perubahan dalam perkiraan nilai sekarang atas arus kas masa depan, sementara laba akuntansi menggunakan prinsip "pengakuan' untuk memasukkan perubahan yang sama secara perlahan-lahan sejalan dengan waktu, umumnya pada titik dekat dengan saat realisasi arus kas terjadi. Yang terjadi adalah tenggang waktu antara laba akuntansi dengan laba ekonomi yang dapat terjadi selama beberapa periode. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ball dkk.: "Prinsip pengakuan oleh karena itu menyebabkan laba ekonomi dimasukkan dalam laba akuntansi secara terlambat dan 'merata dengan berjalannya waktu."
Konservatisme (conservatism) didefinisikan oleh Basu adalah sampai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang secara asimetris memasukkan kerugian ekonomi, relatif terhadap keuntungan ekonomi. Oleh karena itu, sementara ketepatan waktu mengukur tingkat dimasukkannya laba ekonomi dalam laba akuntansi kontemporer. konservatisme mengukur tingginya ketepatan waktu dalam memasukkan penurunan nilai, atau laba ekonomi negatif. Oleh karena itu, asimetri konservatif dalam ketepatan laba akuntansi diperkenalkan dengan memodifikasi persamaan sebelumnya untuk memasukkan laba ekonomi secara asimetris.

2.2. Kebenaran Dalam Akuntansi
Kurangnya keprihatinan akan kebenaran dalam akuntansi selalu menjadi masalah utama dalam literature akuntansi. Bacalah keprihatinan berikut ini yang dinyatakan oleh K' MacNeal pada tahun 1939:
Selama lebih dari empat ratus tahun sejak publikasi. buku Pacioli mengenai pembukuan dengan ayat jurnal berpasangan pada tahun 1454, metode akuntansi, serta laporan akuntansi, telah didasarkan pada kemudahan dan bukannya pada kebenaran. Laporan keuangan hari ini terdiri atas campuran yang mengherankan dari konvensi akuntansi, data historis, dan fakta-fakta sekarang, di mana bahkan akuntan sering kali tidak dapat membedakan antara kebenaran dengan fiksi.
MacNeal mungkin bersikap terlalu keras terhadap akuntan, dengan adanya kemungkinan dan kemustahilan akan kebenaran dalam akuntansi. Hal tersebut akan dibahas kemudian, dengan menunjukkan bahwa ide mengenai kebenaran dalam akuntansi paling baik merupakan suatu ide normatif yang memiliki sedikit kemungkinan untuk diterapkan dalam akuntansi.
2.2.1. Pemikiran Mengenai Kebenaran Dalam Filosofi
Pengetahuan akan proposisi muncul dari kebenarannya. Jika kita mengetahui suatu Proposisi, maka kita mengetahui bahwa hal itu adalah benar. Pertanyaannya menjadi: Apa yang membuat suatu proposisi menjadi sesuatu yang benar? Dalam kehidupan sehari-hari kita menemui kondisi-kondisi dari masalah yang terjadi atau terdapat di dunia yang kita laporkan menggunakan bahasa. Suatu proposisi yang benar berkaitan dengan suatu kondisi masalah yang terjadi. Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi masalah. Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda.
1.        Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai kesesuaian ketika proposisi tersebut adalah benar jika sesuai dengan fakta. Arti kesesuaian dapat dijelaskan dengan sangat baik sebagai berikut:
Kata "kesesuaian'mengusulkan bahwa, ketika kita membuat penilaian yang benar, kita memiliki sejenis gambar dari realitas dalam pikiran kita dan bahwa penilaian kita adalah benar karena gambar ini menyerupai realitas yang diwakilinya. Tetapi penilaian kita tidak sdperti hal-hal fisik ke mana hal tersebut mengacu. Gambaran yang kita gunakan dalam menilai mungkin saja dalam hal-hal tertentu menyalin atau menyerupai hal-hal fisik, tetapi kita dapat membuat suatu penilaian tanpa menggunakan gambaran apa pun kecuali kata-kata, dan kata-kata sama sekali tidaklah serupa dengan hal-hal yang diwakilinya. Kita tidak boleh memahami "kesesuaian” sebagai kata yang berarti menyalin atau kemiriphn.
2.        Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai koherensi ketika proposisi tersebut adalah benar karena koheren dengan proposisi lain. Proposisi tersebut harus saling mendukung satu sama lain.
3.        Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai apa "yang berlaku’' mengimplikasikan bahwa proporsi yang benar adalah apa yang berlaku.
Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dengan kepalsuan proposisi serta keyakinan orang mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu berhubungan dengan kondisi masalah. Pernyataan yang diyakini sebagai benar atau salah masih harus dibuktikan apakah memang benar atau salah. Bukti tersebut akan menunjukkan bahwa kebenaran dari suatu proposisi tidaklah relatif terhadap waktu, ruang, atau pembicara, meskipun proposisi itu dapat mengenai waktu, ruang, atau pembicara. Sebagaimana dinyatakan oleh f. Hospers, "Pembunuhan kaisar terjadi hanya pada satu titik ruang dan waktu; demikian pula dengan pembakaran orang sebagai penyihir, meskipun hal itu terjadi pada ruang dan waktu yang berbeda, tidak berarti bahwa hal itu terjadi pada seluruh ruang dan waktu. Kondisi masalah datang dan pergi, tetapi kebenaran adalah kekal”.
Kebenaran dari proposisi dapat dipastikan dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Proposisi analitis, seperti "seluruh akuntan Amerika adalah orang Amerikai'adalah jelas benar tanpa pembuktian lebih lanjut, karena bentuk negatif dari proposisi itu adalah "saling berlawanan" (self-contradictory). Proposisi sintetis (proposisi yang tidak bersifat analitis) perlu dibuktikan sebagai benar atau salah. Proposisi sintetis tersebut, "Tunis adalah ibukota Tunisia," adalah proposisi sintetis yang benar.
2.2.2. Kemungkinan Akan Kebenaran Dalam Akuntansi
2.2.2.1.     Kebenaran sebagai netralitas
Untuk dapat melaporkan kebenaran, akuntansi perlu menghindari dimasukkannya bias. Hal tersebut mungkin saja sulit. Bacalah komentar berikut ini:
Pertama, kesulitannya adalah mengetahui fakta. Kedua, kesulitan untuk menggambarkannya. Sekarang sangat dipahami bahwa catatan kejadian tidak dapat dipisahkan dari si pencatat. Tidak ada sejarah yang tidak mengandung bias.
Separuh lain dari permasalahan adalah penggunaan yang benar dari kata-kata. Hal ini bukanlah bakat yang dimiliki oleh setiap orang, dan sekarang ini seseorang dapat dengan benar menyimpulkan bahwa semakin sedikit orang yang memilikinya dibandingkan dengan sebelumnya. Banyak masalah yang akan dikomunikasikan dalam sekelompok akun adalah pada hakikatnya sulit atau kabur (misalnya, hamper semua hal yang berkaitan dengan pajak); beberapa sangat sulit (misalnya, kewajiban akibat jaminan atau kontinjensi); beberapa, sebagaimana dijelaskan di atas, bersifat tidak pasti; dan untuk menjelaskan tingkat ketidakpastian yang tepat adalah tes mencari kemampuan verbal.
Untuk menghindari dimasukkannya bias dalam pengetahuan, gambaran, dan komunikasi fakta, akuntan diharapkan bersikap netral. Karakteristik penting dari informasi yang disediakan adalah "bebas dari bias" atau netral. Netralitas (neutrality) dianggap sebagai karakteristik kualitatif penting dari informasi akuntansi. Netralitas, dalam konteks ini, mengacu pada tiadanya bias dalam penyajian informasi atau laporan akuntansi. Dengan demikian, informasi netral adalah bebas dari bias terhadap pencapaian hasil tertentu yang diinginkan atau timbulnya jenis perilaku tertentu. Hal ini tidak untuk mengimplikasikan bahwa penyusun informasi tidak memiliki tujuan ketika menyrsun laporan tersebut; hal ini hanya berarti bahwa tujuan tersebut sebaiknya tidak memengaruhi.hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Akuntan diharapkan untuk "mengatakan apa adanya" dan bukannya mengatakan dengan cara yang diinginkan oleh kelompok kepentingan mana pun. Hal ini umumnya dinyatakan sebagai kriteria dari "kejujuran dan kelengkapan penyajian' (representational faithfullness and completeness). Hal tersebut mengacu pada kesesuaian antara data akuntansi dengan kejadian yang seharusnya diwakili oleh data tersebut. Jika ukuran itu menggambarkan apa yang seharusnya diwakilinya, maka hal tersebut dianggap bebas dari bias pengukuran dan si pengukur. Oleh karena itu, netralitas, kebenaran penyajian,dan kelengkapan menetapkan kebenaran dalam akuntansi sebagai kesesuaian. Informasi akuntansi adalah benar karena hal tersebut sesuai dengan fakta.
2.2.2.2.     Kebenaran sebagai objektivitas
Untuk menetapkan akurasi dari atribut-atribut yang diukur, akuntan telah mengandalkan prinsip objektivitas sebagai suatu cara untuk membenarkan prosedur pilihan mereka. Tetapi, objektivitas (objectivity) telah memperoleh paling tidak empat arti yang mungkin:
1.      pengukuran yang impersonal atau berada di luar pikiran dari orang yang melakukan pengukuran,
2.      pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diverifikasi,
3.      pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan dari para ahli yang memiliki kualifikasi, dan
4.      kecilnya penyebaran statistik dari pengukuran atribut ketika dilakukan oleh pengukur yang berbeda.
2.2.2.3.     Kebenaran, objektivitas, dan keandalan
Bagian informasi bisa dianggap sebagai 'dapat diverifikasi" berdasarkan kecilnya nilai pengukuran penyebaran di sekitar titik tengah namun pada saat yang bersamaan menjadi kurang dapat diandalkan karena faktor bias.
Keandalan mengacu pada "kualitas yang memungkinkan pengguna data untuk mengandalkannya dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan dari apayangdiwakili oleh data tersebut” Dengan demikian, keandalan informasi tergantung pada tingkat kejujuran dalam penyajian suatu kejadian. Keandalan akan berbeda antarpengguna, tergantung pada tingkat pengetahuan mereka akan aturan-aturan yang digunakan untuk menlusun informasi tersebut. Secara serupa, pengguna yang berbeda mungkin mencari informasi dengan tingkat keandalan yang berbeda. Dalam konteks kerangka konseptual, supaya dapat diandalkan, informasi harus dapat diverifikasi, netral, dan disajikan dengan jujur.
Istilah "bias" atau "pemindahan' adalah perbedaan sistematis antara titik tengah dari estimasi  ampel suatu parameter dengan nilai yang sebenarnya dari parameter tersebut. Y. Ijiri dan R.K. Jaedicke mendefinisikan keandalan sebagai tingkat oljektivitas atau verifiabilitas ditambah faktor bias atau pemindahan.
2.2.2.4.     Kebenaran, objektivitas, dan kekerasan
Bagian sebelumnya dari kebenaran, objektivitas, dan keandalan fokus pada perbandingan antara apa yang dilakukan oleh akuntan dengan apa yang diharapkan pengguna ukuran keuangan untuk dilakukan oleh akuntan. Bagian ini adalah perbandingan antara berbagai kelompok akuntan yang berbeda. Hubungan tersebut adalah antara objektivitas dengan tingkat kekerasan (hardness).objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan, dalam pengertian bahwa kelompok akuntan yang berbeda menghasilkan sekelompok ukuran dengan titik tengah u yang sama dan varians 62 yang sama, dengan adanya netralitas mereka dalam hal kepentingan mereka atas hasil dari pengukuran tersebut. Tetapi, tingkat kekerasan mengasumsikan lingkungan kompetitif yang sedemikian rupa sehingga insentif yang berbeda dapat mendorong kelompok akuntan yang berbeda untuk menghasilkan kelompok ukuran yang berbeda.
2.2.2.5.     Kebenaran dan peran akuntansi
Jenis kebenaran yang disampaikan dalam praktik dan wacana akuntansi dapat bersifat kontinjen terhadap Peran yang sebenarnya dimainkan oleh akuntansi dalam organisasi. Tentu saja terdapat peran tradisional sebagai alat bantu yang berguna bagi pengambilan keputusan yang rasional dengan pandangan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas organisasional. Kebenaran dalam akuntansi pada konteks tradisional ini adalah untuk menyediakan angka-angka akuntansi yang berguna dan diketahui berdasarkan aturan-aturan yang berbasis teknis, Namun, tanpa mengabaikan bukti bahwa angka akuntansi mungkin tidak digunakan seluas yang dianggap oleh peran tradisional, literatur memberikan perbedaan antara peran informasi akuntansi yang "riil/aktual" secara tradisional dan yang didukung/ diartikulasikan/dimaksudkan" secara nontradisional yang menyarankan jenis kebenaran yang berbeda yang disampaikan oleh informasi akuntansi. Dampaknya, pemeriksaan atas setiap peran akuntansi akan menunjukkan perpindahan perlahan-lahan dari akuntansi sebagai potret netral atas realitas ekonomi ke akuntansi sebagai penerjemah atas interaksi antara beragam sumber kekuatan. Misalnya saja, Lars Samuelson menggambarkan koeksistensi dari pernyataan yang berbeda atas peran anggaran pada titik waktu yang sama adalah sebagai berikut:
Menurut pandangan ini, manajemen senior sering kali mengartikulasikan satu peran anggaran tetapi para penyusun anggaran kemudian menganggap bahwa mungkin yang dimaksudkan adalah peran lain yang sangat berbeda, di mana tindakan manajemen senior yang lebih mengikuti peran yang terakhir dibandingkan dengan peran yang pertama. pernyataan yang saling berlawanan atas peranan anggaran di sini dilihai sebagai faktor utama yang mendasari baik sikap maupun perilaku yang berorientasi pada sistem pengendalian anggaran,ss
secara serupa, shahid Ansari dan K.J. Euske mengklasifikasikan peran akuntansi yang berbeda dengan menekankan pada dua dimensi: dikotomi internal-eksternal yang tradisional atas penggunaan informasi akuntansi' dan fokus pada proses organisasional yang selaras baik dengan perspektif rasional maupun teknis.
2.2.2.6.     Mustahilnya kebenaran dalam akuntansi
Kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan untuk menghindari kerahasiaan. Kerahasiaan (secrecy) adalah tindakan menutupi fakta atau menahan informasi mengenai hal tersebut atau bukti mengenai hal tersebut agar tidak sampai ke publik yang berkepentingan yang dapat memperoleh dari manfaat mengetahui hal tersebut. Pertimbangan moral berlawanan dengan kerahasiaan. Sebagaimana dinyatakan oleh Sissela Bok,
Dengan adanya legitimasi atas pengendalian terhadap kerahasiaan dan keterbukaan, serta bahaya yang dibawa oleh pengendalian tersebut terhadap semua pihak yang terlibat, maka tidak mungkin terdapat dugaan baik yang mendukung maupun yang melawan kerahasiaan. secara umum. Kerahasiaan berbeda dalam hal ini dengan kebohongan, pelanggaran janji, kekerasan, dan praktik-praktik lain untuk mana beban pembuktian berada di pundak mereka yang tergantung pada hal tersebut. Sebaliknya, kerahasiaan berbeda dari kebenaran, pertemanan, dan praktik-praktik lain yang memiliki anggapan yang menguntungkan.
Karena akuntan tidak memiliki kebebasan untuk mengungkapkan rahasia yang dapat menguntungkan pengguna, maka hal tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai keterbatasan dari kebenaran naratif dalam akuntansi dibandingkan dengan kebenaran historis. Telah dinyatakan dengan jelas bahwa kebenaran dalam akuntansi adalah cita-cita yang mustahil; cita-cita tersebut tidaklah dapat dicapai. Hal tersebut dengan sangat baik dinyatakan oleh William Vatter sebagai berikut:
Mungkin tidak dapat dihindari bahwa pikiran manusia selalu cenderung untuk memandang kebenaran sebagai sesuatu yang absolut atau ideal; pandangan semacam itu memiliki keunggulan dalam usaha untuk membuat penjelasan yang benar-benar tepat atas fenomena ilmu pengetahuan. Tetapi terdapat tempat-tempat di mana hal yang ideal ini tidak dapat diterapkan. Dunia bisnis nyata selalu terlalu rumit untuk jawaban-jawaban sederhana terhadap pertanyaan, dan akuntansi bukanlah suatu pengecualian. Namun, pencarian kebenaran tunggal tetap ada dalam hal bahwa seharusnya terdapat cara yang "benar" atau "terbaik” untuk menyajikan fakta. Hal ini tampaknya sampai tingkat tertentu mendasari laporan dengan tujuan umum, tetapi hal tersebut juga dapat dilihat di tempat lainnya. Pencarian akan "keseragaman" atau komparabilitas dalam penyajian data keuangan (bahkan ide bahwa hal-hal yang serupa sebaiknya dilaporkan dengan metode yang sama, sementara hal-hal yang berbeda sebaiknya tidak), penekanan pada konsistensi, tekanan untuk menyesuaikan dengan bentuk analisis dan penyajian yang telah ditentukan, semuanya adalah pernyataan atas ide kebenaran tunggal. Pandangan ini memengaruhi spesifikasi prinsip-prinsip akuntansi, mendukung pandangan bahwa pasti terdapat rumus dasar tertentu atau sekelompok aturan tertentu yang, jika ditetapkan, dapat diandalkan untuk memproduksi hasil yang benar atau memadai bahwa sekelompok prinsip tertentu dapat ditetapkan sebagai 'tara' mendasar untuk melaporkan "fakta-fakta" keuangan. Masalahnya adalah bahwa kebenaran tidaklah sederhana dan uniter; fakta timbul hanya dalam konteks, serta fakta harus diabstraksi dan diinterpretasikan untuk komunikasi.
Akuntansi diperkecil menjadi skenario di mana kemungkinan-kemungkinan akan kebenaran itu ada jika didekati dengan kriteria-kriteria seperti netralitas, objektivitas, keandalan, dan/atau kekerasan serta beradaptasi dengan peran akuntansi yang berbeda dan skenario di mana kemustahilan kebenaran terdapat dalam kasus-kasus yang melibatkan pengukuran, pemulusan laba, pilihan teknik akuntansi, penilaian aktiva, alokasi biaya, pengandalan tgrhadap standar bukti, dan penggunaan kebenaran naratif.
Kegagalan untuk menangkap kebenaran menyarankan sifat nonilmiah dari akuntansi, Argumentasi terhadap pandangan bahwa akuntansi sebagai ilmu pengetahuan yang mampu memberikan kebenaran dinyatakan pertama kali oleh A.C. Littleton sebagai berikut:
Adalah jelas bahwa teori akuntansi tidak dapat dikatakan terdiri atas penjelasan-penjelasan ilmiah. Tidak terdapat hukum akuntansi abadi yang dapat dibandingkan dengan hukum yang abadi dari alam; tidak ada pengujian dan eksperimen terkendali untuk menghasilkan data yang dapat ditetapkan sebagai rumus matematika untuk menyatakan hubungan yang ada.
Disiplin akuntansi benar-benar dibangun secara sosial, dan tidak memiliki hukum yang abadi atau kebenaran. Aturan yang dibuat oleh manusia dalam akuntansi tergantung pada proses penilaian baik bagi penyusunan maupun penggunaan informasi akuntansi.

















BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Pada dasar nya ada beberapa prinsip – prinsip akuntansi prinsip biaya diantaranya: prinsip pengaitan, prinsip pendapatan , prinsip objektivitas, prinsip konsistensi , prinsip pengungkapan penuh,  prinsip konservatisme, prinsip materialitas, prinsip keseragaman dan komporabilitas  dan prinsip Ketepatan Waktu Dari Laba Dan Konseruatisme Akuntansi.
Kebenaran dalam akuntansi dapat dibuktikan melalui  filosofi dan dalam akuntansi itu sendiri.

3.2.  Saran
Tentunya dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kesalahan, baik yang datang atas diri kami pribadi maupun datang dari pihak lain, kami minta saran dari temen-temen maupun dosen pengampu yang bersifat membangun sehingga makalah ini menjadi lebih baik.




















DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed Riahi . 2011. Accounting Theory edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi edisi revisi 2011, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
http://wwwsamuelsinaga.blogspot.com/2010/10/makalah-sejarah-perkembangan-akuntansi.html

www.nandangsyamsularifin@gmail.com